curhatsampah

Sebuah Kerandoman…

everybody has their own battle, katanya. Iya juga sih, betapa pun kita lihat kehidupan orang baik-baik saja, mereka pasti punya masalahnya sendiri. Sisanya tinggal pilihan aja sih, mau diperlihatkan sama orang lain, atau mau disimpan sendiri.

Salah seorang temen SMA beberapa waktu yang lalu tiba-tiba ngewhatsapp dengan pertanyaan, “Gimana kamu menghadapi masalah dengan Bapakmu?”. Terus ceritanya dia mengalir gitu aja. dan jujur aku nggak pernah tahu kalau dia yang saat itu aku kenal ceria, pinter, kayak hidupnya baik-baik aja, ternyata masalahnya buanyak banget. Saat itu aku lumayan sering ngeluh tentang Bapakku, duh kalau inget lagi, rasanya nggak enak juga membiarkan dia tahu cerita aku tanpa aku pernah nanya, “Perasaanmu gimana?”

I feel like a bitch, kayak merasa jadi pusat dari semesta dan nggak peduli sama perasaan orang lain.

Dan di masa dewasanya, ternyata masalahnya nggak kunjung mereda, bahkan dia nyeritain sama aku soal sebuah fakta yang bikin aku kaget banget. She wasn’t in my BFF circle, jadi aku pengen tahu, was she ok? Ada orang di samping dia yang bisa dengerin dia nggak ya di masa-masa sulitnya? Mengingat dia selalu kelihatan “baik-baik” saja. dan sekarang kayaknya terjawab sih kenapa dia nggak aktif di socmed. Mungkin dia memang nggak mau “kelihatan”.

……………………

Terus kemarin aku ketemu sama sahabat-sahabatku setelah berbulan-bulan lamanya akhirnya bisa deep talk sama mereka.

Saat hari mulai gelap, dan lampu oren sudah menyala, bawaannya semakin mellow.. LOL. Dari yang awalnya semangat ngomongin soal saham dan Reksadana, semakin malam obrolannya semakin personal.

Dari satu pertanyaan aja, semua langsung keluar. Sahabatku yang kelihatannya selalu chill dan santai, terus nyeritain masa kecilnya yang tidak baik-baik saja, dan akhirnya bikin dia jadi dia yang sekarang. Though outside, tapi dalemnya tidak.

“Untung kamu gak pake narkoba ya..”

“Ya satu-satunya alasan saya nggak pake narkoba sih mungkin karena saat itu saya nggak punya duit ya.. hahahah..”

kita semua memang bangga sama dia karena “pelariannya” dia ya sama kegiatan yang bermanfaat, dan prestasinya juga banyak.

Aku juga nggak pernah nanya hubungan sahabatku dengan kakaknya gimana, terus kemarin dia akhirnya cerita. Aku jadi malu selama ini nggak pernah nanya serius banget yang sampe bikin dia “harus cerita”. Meskipun dia nggak kalah santuy dari yang tadi aku ceritakan, tapi kalau dia cerita, mungkin perasaannya akan lebih baik.

Aku malu deh jadinya, sering ngerasa aku doang yang punya masalah. Aku sering banget cerita sama mereka kadang sampai frontal, mulai dari masa lalu sampai masa kini, tapi kadang suka lupa nanyain tentang mereka. Again, I feel like a bitch.

Ngomongin masa kecil kita dengan orangtua yang berbeda-beda, dengan trauma masing-masing, bikin kita semua sadar kalau kita harus jadi orangtua yang lebih baik daripada orangtua kita.

Well, aku bersyukur sih punya sahabat kayak mereka yang aku kenal dari jaman SMA kelas 10. Yang udah tahu banget aku kayak gimana, yang ngikutin banget aku dari jaman susah-miskin-sering tantrum sampai sekarang jauh lebih dewasa dan lebih chill.. Buatku yang susah banget buat deket sama orang, ini penting banget sih. Aku perlu sosok-sosok yang bisa dengerin aku, tanpa menjudge… atau boleh menjudge tapi nggak mengubah persepsi mereka tentang aku, dan masih mau temenan! hahaha…

Adulthood is really hard for me. Sekarang malah di satu sisi aku lebih gampang buat kenalan sama orang, chit-chat dan sebagainya, tapi aku nggak memungkiri banyak hal yang aku tutup-tutupin atau lebih tepatnya “nggak aku perlihatkan” bukan buat brand image dan gengsi juga sih, lebih ke…. menjaga nama baik orang lain? kayak suami dan anakku gitu.. ehe.. Kayak misalnya aku yang sekarang nggak akan tantrum sembarangan, karena aku nggak mau orang lain mikir “Ini suaminya gimana sih?” Padahal kan yang tantrum aku, dan bisa aja bukan masalah sama suami, tapi orang-orang mungkin saja bawa-bawa orang lain di sekeliling kita.

Aku sih anaknya nggak siap dengan judgement yang nggak perlu wqwq..

2 thoughts on “Sebuah Kerandoman…

Leave a comment